Selasa, 14 April 2020

Iwan Fals Minta Maaf Kepada 'Bajingan' | Arti Bajingan dan Pergeseran Makna Menjadi Umpatan

Wawan Setiawan Tirta
Ada yang menarik ketika membuka twitter hari ini. Iwan Fals meminta maaf kepada 'bajingan' karena terlalu sering disebut. Iwan Fals meminta maaf kepada Bajingan setelah salah satu pengikutnya memberikan pranala yang menjelaskan bahwa bajingan adalah sebutan untuk profesi pengendali cikar atau pegon.

Cikar adalah gerobak yang ditarik dengan tenaga sapi. Bisa satu sapi atau dua sapi. Bahasa lain dari cikar adalah pegon. Cikar atau pegon masih ditemukan di sebagian wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang masih menggunakan pegon atau cikar sebagai alat angkut adalah Jember. Khususnya di daerah Jember selatan (Kecamatan Wuluhan dan Ambulu).

Twit Iwan Fals tentang Bajingan | Tangkapan Layar Twitter
Merujuk pada id.wikipedia.org Cikar atau pegon kini sebatas digunakan sebagai pertunjukan dan festival. Padahal pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Sebagian warga di Jember masih percaya kepada pegon atau cikar karena kemampuannya mengangkut beban yang sangat berat dibanding kendaraan bermesin seukurannya.

Jadi, kata bajingan setara dengan kusir, pilot, masinis, nahkoda, dan para pengemudi lainnya. Hanya saja yang dikemudikan berbeda. Kusir mengendali kereta kuda. Sementara pilot mengendali pilot, dan seterusnya.

Bajingan pada zaman dahulu identik dengan celana yang lebar. Maka bentuk celananya juga disebut dengan celana bajingan.

Adapun pergeseran makna bajingan sebagai umpatan dikarenakan kondisi sosial. Pada mulanya, bajingan sang pengendalai kereta sapi tidak meentu jadwalnya. Hal ini disesuaikan dengan beban yang diangkut dan kekuatan sapi. Jadwal yang tidak menentu ini menyebabkan orang yang acapkali menunggu menjadi marah-marah dan kesal sehingga menyebutnya bajingan!

Dienten ora teko-teko, bajingan tenan iki!
(ditunggu-tunggu tak juga datang, benar-benar bajingan!)

Dalam perkembangannya, kata bajingan dalam umpatan tersebut tidak hanya ditujukan kepada pengendali kereta sapi, tetapi juga kepada semua orang yang membuat kesal. Biasanya orang yang membuat kesal dan jengkel adalah para pelaku kriminal, akhirnya bajingan identik dengan orang-orang pelaku kriminal.

Lambat laun, kata bajingan identik dengan pelaku kriminal secara langsung. Hal ini diperkuat dengan istilah lain yang mendukung yaitu bajing loncat. Istilah ini merujuk pada pelau kriminal yang menjarah kendaraan di jalan raya.

Jadilah kata bajingan dasosiasikan dengan kata bajing loncat dan pelaku kriminal.

Nah, ketika Iwan Fals meminta maaf kepada bajingan, saya yakin dia sedang meminta maaf pada para pengendali kereta sapi yang jumlahnya masih banyak di Kabupaten Jember. Sementara pada para bajingan yang memang bajingan perongrong keadaan, dia pasti tetap mengumpat: Dasar Bajingan!

Yang perlu di ingat, bajingan tidak otomatis sama dengan bujangan. Lebih memilih jadi bujangan atau bajingan?