Sabtu, 02 November 2019

Nilai Estetis Dalam Gerak Tari

Wawan Setiawan Tirta
Estetis sering dikatakan estetika dan diartikan hanya sebatas indah atau keindahan dan dari keindahan akan muncul suatu nilai seni. Nilai estetis pada gerak tari merupakan kemampuan dari gerak tersebut untuk menimbulkan suatu pengalaman estetis. Pengalaman estetika dari seorang penari dalam melakukan gerak harus dilihat pula dalam kualiatas gerak yang dilakukannya. Setiap gerak tarian pasti memiliki nilai estetis tersendiri yang dapat diuraikan dan dijelaskan secara cermat.

Hal yang perlu dipahami dalam mengamati karya tari adalah adanya faktor subjektif dan objektif. Benda itu sangat estetis karena adanya sifat yang melekat pada benda dan tidak terkait dengan orang yang mengamati. Selain itu juga dikatakan bahwa munculnya estetis itu karena adanya tanggapan perasaan dari pengamat. Jadi, estetis itu ada karena proses hubungan antara benda (karya tari) dan alam pikiran orang yang mengamati. Berikut adalah teori-teori menyangkut estetika dalam seni tari.
  • Teori subyektif, dimana ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda sesungguhnya tidak ada,  yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati.
  • Teori obyektif, yang berpendapat bahwa ciri atau sesuatu yang menciptakan keindahan merupakan sifat yang telah ada pada benda yang bersangkutan.
  • Teori campuran, yaitu campuran antara subjektivisme dan objektivisme.
  • Teori perimbangan keindahan, yaitu suatu benda tercipta dari ukuran, jumlah, dan susunan yang mempunyai perimbangan tertentu.
  • Teori proporsi, yaitu dengan melihat keindahan tercipta dari tidak adanya keteraturan yang tersusun dari daya hidup, penggambaran, kelimpahan, dan pengungkapan perasaan.

Masing-masing gerak setiap daerah memiliki keunikannya tersendiri yang tidak bisa terlepas dari pengaruh kebudayaan yang ada pada daerah itu sendiri. Genre dalam suatu daerah juga memiliki pengaruh besar dalam menilai nilai estetis suatu gerak tari. Jenis tari berdasarkan penyajiannya terbagi menjadi dua yaitu tari tradisional dan kreasi baru. Tari tradisional terbagi lagi menjadi tiga yaitu tari primitif, tari rakyat dan tari klasik.

Sebagai contoh adalah pada tari saman, nilai estetis pada tari saman adalah pada harmonisasi gerakannya. Gerakan pada tari Saman sangat unik karena hanya menampilkan gerakan tepuk tangan, tepuk dada, dan gerakan-gerakan sejenis. Semua penari harus menari dengan harmonis dan biasanya tempo tari Saman makin lama makin cepat dan hal ini yang membuat tarian ini sangat menarik. Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah.

Nilai keindahan di dalam tari serimpi yaitu keindahan koreografi. Para penari memiliki wiraga, wirama, dan wirasa, Wiraga merupakan
Tari Serimpi
kemampuan gerak yang dimiliki oleh seorang penari, yang mana keempat penari tari serimpi dengan lihai melakukan gerakan-gerakan gemulai yang mengalir dengan lembut dan luwes yang di iringi musik gamelan jawa. Tanpa adanya wirama atau kemampuan penari menyelaraskan dengan irama, maka tidak akan tercipta gerakan gemulai yang selaras dan harmonis yang membuat para penonton terkesima.

Sedangkan sumber keindahan dari koreografi yang berdasarkan garapan isi, tari serimpi memiliki nilai-nilai kehidupan yang terlihat dari tema yang dibawakan yakni mengisahkan antara dua unsur kehidupan antara yang baik dan yang buruk, akal dan nafsu manusia, serta benar dan salah. Pesan moral tersebut disampaikan melalui gerak-gerak gemulai dan luwes yang dilakukan oleh keempat penari tersebut.